JAYAPURA IP ,- Kapolresta Jayapura Kota, AKBP. Gustav Urbinas menegaskan akan memprses hukum, akun yang menyebarkan berita bohon terkait adanya mahasiswa yang menjadi korban penembakan aparat dalam demo tolak otsus di Jayapura, Selasa 27 Oktober lalu.
Kepada wartawan di Jayapura, Kamis (29/10) Kapolres mengatakan tidak ada yang terluka terkena tembakan peluru daripada aparat sebab pennaganan unjuk rasa saat itu tidak menggunakan pelurur karet maupun peluru tajam hanya menggunakan gas air mata, rotan tameng dan water canon
“Kami sementara lakukan penyelidikan untuk mengusut postingan tersebut karena jika dilihat dari luka fisiknya itu luka ringan di atas kulit sangat tidak mungkin itu peluru entah karet atau tajam, dugaan saya awalnya bisa jadi yang bersangkutan jatuh atau menabrak sesuatu dan kemungkinan terakhir kena pecahana gas air mata,” ujar Gustav.
Menurut Kapolres, berdasarkan informasi yang cukup akurat bahwa yang bersangkutan panik dengan rekannya waktu ada pembubaran dengan gas air mata dan semprotan water canon lalu lari dan menabrak pagar kemudian mengalami cidera
“Ini akan kita buktikan sedang melakukan penyelidikan termasuk profiling dari postingan ini dan nanti kita akan tindak lanjuti. Apabila nyata nyata memang cukup memenuhi unsur pidana maka kita akan lakukan ke penyidikan supaya tidak mejadi kebiasaan,” tegas Kapolres
Gustav menuturkan jika memang ada korban korban, harusnya melapor ke kepolsian bukan menghilang lalu membuat postingan yang belum tentu kebenarannya dan hal ini sering terjadi, dan Polresta Jayapura tidak akan tinggal diam akan melakukan penyelidikan supaya kedepan tidak lagi membuat postingan hoax.
“Sebagai kapolresta yang bertanggung jawab atas kamtibmas di kota ini sejak maret diimbau untik tidak melakukan aksi unjuk rasa karena kita sedang dalam penanganan covid-19 bila aksi unjuk rasa dilakukan berarti terjadi pengumpulan masa yang tidak dijamin mereka melakukan protokol kesehatan.
Lebih lanjut kata Kapolresta berdasarkan pengalaman pihaknya dalam penanganan aksi unjuk rasa dari kelompok kelompok tertentu kebanyakan tidak bisa mengikuti imbauan daripada petugas bahkan cenderun menuju kepada indikasi menciptakan konflik.
Bahlan dalm demo tolak otsus Selasa kemarin, ditemukan bom Molotov sengaja memancing terjadinya Caos itu cukup bukti dengan banyak batu membakar ban membakar mobil rusak digulingkan di fasilitas umum dan bom Molotov yang belum sempat dipkai satu botol berarti indikasi kuat memang ingin mencipatakan kekacauan
“Para pihak jangan enyampaikan bahwa ini tertutupnya ruang demokrasi,saya mengatakan sebagai kapolresta tidak ditutup ruang demokrasi yang salah adalah metodenya menyampaikan pendapat saat pandemic,” pungkasnya. (redaksi)