OPINI  

PASKAH SAAT TERINDAH UNTUK MENGALAMI KASIH DAN PENGAMPUNAN DARI ALLAH

banner 468x60

Merayakan dan menjalani minggu paskah (mulai dari pra-paskah hingga minggu-minggu
sesudah paskah) adalah momentum yang sangat tepat bagi umat kristiani untuk
berkontemplasi mencari makna kehidupan yang sejati dalam perenungan panjang, doa dan
meditasi. Bahan utama dalam kekristenan yang otentik adalah “waktu “.

Bukan waktu sisa,
bukan waktu yang terbuang sia-sia, tetapi waktu atau kesempatan yang tepat dan
berkualitas untuk mengalami dan menyelami serta merasakan kehangatan cinta kasih orang
lain di sekitar kita.

banner 325x300

Dalam iman kristen waktu berkualitas tersebut disediakan dan tersedia
sepanjang 100 hari per tahun dalam momentum Pra-Paskah hingga post-Pentacostal
(7 pekan sebelum perayaan paskah sampai minggu sesudah pentakosta). Inilah saat
terindah untuk berkontemplasi, meditasi dan refleksi mencari makna kehidupan sejati tanpa
tergesa-gesa dan tanpa gangguan.

Paskah merupakan momentum penting dimana setiap
pribadi melakukan dan mengalami proses perubahan hidup yaitu mengevaluasi pola
kehidupan setahun silam, memperbaiki pemahaman terhadap diri dan sesama manusia
serta lingkungan alam sekitar, mengalami kasih dan pengampunan dari Allah, menetapkan
komitmen-komitmen baru serta rencana kehidupan di masa depan secara lebih konsisten
dan sesuai dengan nilai-nilai kasih dan pengampunan dari Tuhan Allah Yang Maha Kuasa,
yaitu komitmen dan rencana untuk hidup berpadanan dengan Kasih Kristus sebagaimana
tersurat dalam I Korintus pasal 13 (khususnya pada ayat 4 sampai ayat 13).


Terlepas dari khotbah-khotbah dan ritus-ritus seremonial yang beraneka ragam dalam
gereja dan persekutuan ibadah, Perenungan panjang disertai penghayatan terhadap makna
kehidupan (berkontemplasi) sangat penting dalam menata kehidupan pribadi, dan secara
bertahap kehidupan keluarga dan masyarakat menuju peri kehidupan yang beradab dan
bermartabat dalam kesatuan sebagai warga bangsa yang berbhineka. Kehidupan beradab
dan bermartabat yang dimaksud adalah suatu pola kehidupan yang bertumpu pada nilai￾nilai moral dan etika serta estetika


Perenungan panjang akan nilai-nilai tersebut diatas sangat diperlukan dalam membangun
peri kehidupan yang beradab. Tanpa perenungan terhadap pola laku dan pola tindak yang
berbasis nilai moral, etika dan estetika, orang akan lepas kendali dan terjerembab dalam
kenistaan, perbuatan melawan hukum dan ketetapan bersama yang pada gilirannya akan
menjurus pada kebinasaan.


Umat kristiani senantiasi dituntut hidup sebagai “pribadi utama dan istimewa” (primus inter
pares) di tengah suasana kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Proses
perenungan yang panjang perlu dilakukan untuk memberikan bobot terhadap kehidupan

pribadi agar menjadi pribadi yang utama dan istimewa seperti yang tertulis dalam kitab suci
dengan analogi “menjadi garam dan terang dunia “


Minggu perayaan yang panjang selama 100 hari (49 hari pra-paskah, Jumat agung,
kebangkitan Kristus ditambah 50 hari sesudah kebangkitan atau lebih dikenal hari
Pentakosta) sesungguhnya adalah waktu yang dimaknai sebagai masa–masa dimana umat
kristiani melakukan perbaikan dan penguatan hubungan antara Tuhan dengan manusia,
perbaikan hubungan dengan sesama manusia, serta penguatan hubungan manusia
dengan alam sekitarnya.


Perbaikan dan penguatan hubungan antar sesama manusia, antara manusia dengan Tuhan,
serta antara manusia dan alam sekitarnya menjadi jalan untuk melepaskan diri dari realitas
hidup yang cenderung menjauhkan atau menyamarkan kemuliaan Tuhan dalam kehidupan
manusia. Pada sisi lain, perbaikan dan penguatan hubungan antara manusia dengan Tuhan
serta alam sekitarnya dapat dipandang sebagai jalan atau cara memperkuat dan
mengkokohkan solidaritas yang kharitas.


Tidak dapat disangkal bahwa seringkali gereja dan umatnya terbang melayang dalam eforia
perayaan yang sakral tanpa sadar. Eforia perayaan yang membahana sekeras mungkin
sehingga kita tidak mampu mendengar dan melihat betapa dunia dimana kita berada
sedang ada dalam berbagai hakekat gangguan, hambatan, halangan, tantangan bahkan
ancaman yang muncul akibat perilaku manusia maupun alam sekitarnya.


Berbagai realitas yang buruk dan keji tampak dalam bentuk aksi penistaan, fitnah, iri hati,
kebencian dan dendam sedang merajalela dalam hubungan antar manusia, suku, ras,
agama, dan kelompok masyarakat baik secara horizontal maupun secara vertikal dengan
pemerintah.

Berbagai realitas kehidupan yang dikemas dalam keburukan komunikasi dan
kecenderungan serta pretensi-pretensi untuk saling mengungguli (kalau tidak hendak
disebut sebagai saling membantai satu sama lain), dibumbui oleh cacian, makian antara
sesama warga bangsa, sesama umat atau warga masyarakat cenderung menisbihkan
penghormatan, penghargaan, keadilan, perdamian dan integritas antar sesama ciptaan atas
nama Agama, Hak Asasi Manusia, keadilan dan berbagai intrik politik lainya.
Merayakan dan menjalani minggu paskah, bukan sekedar merayakan atau
menyelengarakan perayaan-perayaan gerejawi dengan ritus-ritus dan seremoni-seremoni
yang panjang dan syahdu saja.

Merayakan dan menjalani minggu paskah adalah saat
terindah untuk memeriksa suasana batin dan membersihkannya dari semua beban
perasaan dan pikiran-pikiran yang tidak mengandung berkat, kemudian mengisi kembali
batin dan menyalakan nurani kemanusiaan yang suci, mulia, adil dan beradab sebagimana
diperlihatkan oleh Kristus ketika Ia berdoa “Ya Bapa, ampunilah mereka, karena mereka
tidak tahu apa yang mereka lakukan (Lukas 23:34 )

Bukankah Tuhan mengajar kita untuk hidup kudus sebagai warga kerajaan Surgawi yang
senantiasa mengamalkan nilai-nilai surgawi yaitu Kasih, Kebenaran, Keadilan, Damai,
sejahtera dan suka cita oleh Roh Kudus ( Roma 14 ; 17 ).


Kehidupan beradab dan bermartabat dimana setiap orang mengamalkan dan menjunjung
sikap penghargaan, penghormatan, kesamaan derajat dan saling mengutamakan serta
toleransi berdasarkan kasih. Dengan kata lain, hidup kudus adalah kehidupan dalam
keseimbangan antara sesama dan keseimbangan dengan alam sekitar (bandingkan Matius
25 : 40.


Memperingati dan merayakan Sengsara dan Penyaliban Yesus Kristus sebagai puncak dari
iman Kristiani dimana setiap pribadi kristen menghayati arti dan makna kasih
pengampunan dan Ketaatan sebagai ciri kehidupan baru dalam Kristus. Pengampunan
adalah sebuah tindak etis untuk merangkul kembali sesama yang terdepak dan
terpinggirkan dari kehidupan kita oleh berbagai alasan dan sebab; serta membalut semua
luka batin, mencabut akar kepahitan dan melepaskan pengampunan tanpa syarat.
Sedangkan ketaatan adalah kehidupan dalam irama hidup yang serasih dan sepadan,
seimbang adil dan bijaksana sesuai ajaran Krisus yesus Tuhan kita (Titus 2 : 12).

Itulah sebabnya puncak penyaliban didahului oleh 7 minggu perenungan dan puasa batiniah.
Kebangkitan Kristus adalah puncak dari pembaharuan hidup dan komitmen baru untuk
hidup di dalam kristus dengan berpedoman pada pengejawatahan nilai kasih kristus yang
membebaskan kita dan mempersatukan kita dengan sesama kita….


Menghayati dan memaknai proses perayaan peribadatan dalam minggu –minggu Sengsara
Yesus Kristus, perayaan kematian dan kebangkitan kristus sebagaimana tersampaikan
diatas, maka saya menyampaikan beberapa pendapat dan pandangan sebagai berikut :


Pertama ; Orang kristen adalah pribadi yang istimewa yang dipilih dan dikuduskan menjadi
suatu bangsa dengan imamat kerajaan Allah untuk menatalayani bumi dan segenap isinya
menjadi, sebuah “oikos“ Rumah tempat perteduhan bersama yang serasi dan selaras,
seimbang (harmoni), mulia sebagaimana gambaran surgawi… tempat dimana kehendak
Tuhan terwujud, “jadilah kehendakmu di bumi seperti di surga” ( Matius 6 : 10 ).


Kedua; Orang Kristen yang merayakan Paskah 2022 pasti dan tentu mengalami perubahan
paradigma dalam mengimplementasikan imannya, dari pribadi yang berserah diri pada
Tuhan, menjadi pribadi yang turut bersama Tuhan (sekutu dalam Tuhan) dalam
mewujudkan Hukum Kasih, kebenaran, keadilan, perdamaian, membangun kesejahteraan,
menggelorakan kesukacitaan di tengah-tengah dunia yang sedang bergelora dengan bekerja
keras dan berdoa agar semuanya menjadi nyata (Yohanes 17 : 15 – 22).


Ketiga; Orang Kristen yang merayakan paskah 2022, menjadi pribadi yang diperbaharui
untuk memperbaharui, untuk membebaskan sesama dari semua bentuk intimidasi dan
provokasi si Jahat yang merajalela, yang memanipulasi kemulian Tuhan Allah dalam

bayangan fatamorgana kemerdekaan politik, fatamorgana gerakan zaman baru,
fatamorgana transformasi bebas nilai sehingga memasung dan menyeret manusia ke dalam
belenggu roh-roh kesesatan (kuasa penyesatan), yang seakan mulia tetapi sejatinya
menyeret manusia masuk ke dalam jurang kenistaan.


Ke-empat : Perayaan paskah adalah prasyarat hidup dalam kemuliaan Allah sebagai ahli
waris kerajaan surga dengan jalan mempromosikan nilai-nilai kemuliaan ilahi… agar dunia
terus menerus diperbaharui sebagai tempat dimana nama Tuhan disembah dan
dipermuliakan, agar dunia dalam roh persekutuan dan persaudaraan sebagai orang yang
menerima pengampunan, diperbaharui, diperkokoh menjadi mezbah persembahan yang
kudus bagi Tuhan Allah semesta alam.


Perenungan panjang selama 100 hari dalam pekan paskah tahun 2022 kiranya memberikan
kekuatan bagi seluruh umat kristen untuk bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid
19 dengan semua variannya, dan membangun semangat perjuangan dan kemajuan untuk
memperbaharui kehidupan bersama, diampuni untuk mengampuni dan dibebaskan untuk
membebaskan sesama manusia dari kutuk dosa, kematian dan kebinasaan kekal.
Selamat paskah !!!
Pdt. FREDDY H TOAM.M.Si

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *