Tingkatkan Ekonomi Warga,Festival Tokok Sagu Akan Jadi Agenda Tahunan

banner 468x60

JAYAPURA iNFOPAPUA.ID, – Penjabat Wali Kota Jayapura, Frans Pekey, mengatakan Festival Tokok Sagu akan menjadi agenda tahunan untuk melestarikan budaya sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat.

“Sagu adalah sumber kehidupan yang memiliki peran dan nilai tinggi dalam bentuk olahan bahkan bisa menghasilkan ekonomi,” ujar Pekey saat membuka Festival Tokok Sagu di Skouw Yambe, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Rabu (21/6).

banner 325x300

Masyarakat Papua, khususnya di Kota Jayapura, mengenal sejumlah makanan lokal seperti sagu, ubi jalar, keladi, singkong, dan pisang. Tetapi hanya dua jenis yang populer yaitu sagu untuk masyarakat pantai dan ubi jalar untuk masyarakat pedalaman.

“Sagu di wilayah Tabi semakin habis sehingga terancam punah. Pemerintah daerah dan seluruh stakeholder harus bersama-sama bertanggung jawab menanam kembali pada area kosong supaya ada keberlanjutan, agar 40 tahun ke depan sagu tidak hanya jadi kenangan,” ujarnya.

Festival Tokok Sagu yang dihadiri kepala daerah wilayah VI sekaligus menanam sagu di Skouw Yambe menjadi catatan sejarah bahwa ada sagu yang ditanam oleh Wali Kota Tidore, Ambon, Baubau, dan lainnya, khususnya Apeksi Wilayah VI.

“Festival Tokok Sagu menjadi agenda tahunan agar aktivitas mengolah sagu secara tradisional bisa dipertahankan. Festival Tokok Sagu bisa dikemas lebih luas lagi, kalau sudah menjadi agenda tetap bisa memberikan nilai kelestarian dan pertumbuhan ekonomi masyarakat,” Terangnya.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Jayapura, Jean Hendrik Rollo, mengatakan Festival Tokok Sagu tahun 2023 adalah murni dilaksanakan atas inisiatif masyarakat di Skouw Yambe.

“Saya hanya mendampingi saja agar festival ini berjalan lancar dan aman. Festival Tokok Sagu terinspirasi dari inisiatif kelompok usaha bersama pengolahan sagu di Skouw Yambe,” ujarnya.

Budaya tidak boleh hilang, salah satunya budaya tokok sagu. Meskipun menokok sagu modern menggunakan mesin, namun cara tradisional harus tetap dipertahankan.

“Kalau tidak dilestarikan maka dengan sendirinya akan hilang. Kami menetapkan Hari Tokok Sagu, mulai dari cara menokok sampai membuat keranjang tempat sagu, setiap Juni, dan dilaksanakan setiap tahun untuk melestarikan budaya dan memberikan kontribusi terhadap masyarakat,” jelasnya. (*)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *