Timika Infopapua.id Kementerian Koperasi dan UKM menargetkan di 2024, 30 juta UKM di Indonesia mampu digitalisasi. Pemerintah berharap untuk mencapai target tersebut diperlukan adanya kemitraan strategis antar pelaku usaha lintas sektoral. Dalam hal ini perusahaan penyedia jasa logistik berperan besar sebagai penggerak distribusi sekaligus solusi bagi UKM Indonesia untuk melek digital, melalui beragam program pelatihan.
Sebagai mitra UKM Timika, JNE mengadakan gelaran webinar JNE Ngajak Online 2021 – Goll…Aborasi Bisnis Online 2021 Kota Timika. Melalui webinar online ini diharapkan UKM di Indonesia, khususnya di Timika dapat mengembangkan kemampuan bersaing di dunia digital, baik dalam skala nasional dan global.
Harianto selaku Branch Manager JNE Timika membuka gelaran ini dengan berkomitmen untuk memperkenalkan produk UKM Timika ke seluruh Indonesia bahkan mancanegara. Komitmen ini kemudian dituangkan melalui berbagai program yang dijalankan UKM Timika, termasuk pelatihan digital marketing dan dibukanya pintu kolaborasi bagi seluruh UKM Timika.
“Kita akan bantu UKM untuk perkenalkan produknya dipasarkan keluar, termasuk dengan pemberdayaan komunitas seperti workshop dan pelatihan gratis untuk meningkatkan daya saing UKM di era digital. Banyak yang masih perlu kita garap dengan adanya dampak COVID yang memaksa kita beralih ke sistem digital. Kita ingin JNE timika bisa memperkenalkan produk yang ada di Timika dengan jalan berkolaborasi”, buka Hari.
Sebagai narasumber, James Worang selaku owner Pakapura mengungkap pihaknya telah bekerjasama dengan JNE Timika dalam menjalankan bisnisnya. Hal ini didorong oleh kemudahan dan solusi yang ditawarkan JNE seperti adanya program COD, e-fulfillment, gratis jemput paket tanpa minimal berat, dan promo berkala.
Lebih lanjut James menyatakan kisahnya membangun Pakapura dengan tagline ‘Papua untuk Dunia’.
Sempat terdampak pandemi, James mengungkap “Dari pandemi Pakapura ini sangat terdampak, karena salah satu penjualan kita adalah untuk oleh-oleh. Pembatasan pesawat yang dibatasi ini sangat berpengaruh terhadap penjualan. Dari momentum ini kita belajar bagaimana supaya survive”
James menyiasati dampak yang terjadi dengan mengevaluasi relevansi produknya dengan kebutuhan pelanggan di pasaran. “Relevansi dan inovasi harus berkesinambungan, ditambah dengan marketing-nya. Apakah kita punya promo? Kalau belum ada, saatnya menyusun program promosi, tidak hanya berjualan tapi ada sisi emosional supaya pelanggan lebih cepat mengambil keputusan”.
Hal ini sejalan dengan pernyataan narasumber lainnya, Royani Fudjia selaku owner Aneka Batik Papua. Royani mengungkap “Dua tahun setelah COVID, kami berangsur membaik. Hal ini karena kami mulai melek digital. Kami coba terjun ke digital dan menjajakan produk kami melalui instagram dan melakukan pembaharuan produk”
Menggeluti usaha batik yang sangat kompetitif, Royani kemudian menjelaskan pentingnya memiliki unique value proposition. Value proposition adalah bagaimana penjual mampu mengatur kesan apa yang akan timbul dibenak pelanggan saat membeli produknya.
“Value akan lebih melekat bagi pelanggan daripada membuat produk asal-asalan namun tidak mendapat perhatian yang lebih. Misalnya jangan membuat baju tapi pada umumnya, apa value lebih keunikan yang bisa kita kasih”, tegas Royani.
Batik yang dinilai sudah sangat ramai diperdagangkan menjadi tantangan bagi Royani untuk meraih minat pasar. Demi membangun citra berbeda dan unik, Royani kerap membuat motif sendiri dengan khas motif asal Papua seperti cendrawasih, patung asmat, dan corak tradisional lainnya.
Menutup diskusi JNE Ngajak Online 2021 Kota Timika, Royani kemudian menegaskan upaya Aneka Batik Papua untuk selalu memenuhi kebutuhan pelanggan “Ketika pelanggan belanja, perhatikan mereka mengeluhkan apa. Kami terima lalu kami buat produknya sesuai dengan apa yang pelanggan butuhkan. Intinya adalah jangan berhenti evaluasi produk dan jangan lupa selalu mengambil feedback dari konsumen.” Sebagai informasi, Timika merupakan kota ke-53 dari gelaran webinar JNE Ngajak Online 2021.(**)