JAYAPURA IP ,- Dunia Pendidikan Provinsi Papua berdua, Oktavianus Rayo dan Yonathan Renden dua orang tenaga pendidik di pedalaman Papua, merengang nyawa setelah terkena timah panas kelompok criminal bersenjata (KKB) di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, pada Jumat (9/4/2021).
Oktavianus Rayo dan Yonathan Renden adalah guru yang memutuskan mengabdikan diri pada Distrik Beoga. Oktavianus sudah 10 tahun menjadi Guru kontrak, sedangkan Yonathan 2 tahun, Keduanya sudah berkeluarga, total ada 11 orang guru pendatang di Beoga.
Kedua korban merupakan guru pendatang dari Toraja. Kondisi Beoga yang sulit dijangkau kendaraan menyebabkan tidak banyak orang maupun pendatang yang mau bertahan disitu.
Junaedi Arung Sulele, Kepala Sekolah SMPN1 Beoga Kabupaten Puncak Papua, adalah saksi mata, saat KKB pimpinan Sabinus Waker merengut nyawa kedua Guru tersebut, dengan cara menembak mati keduanya.
“Mereka guru terbaik, mereka dari masyarakat sipil tidak ada hubungannya dengan aparat TNI-POLRI. Tidak bnyak orang yang mau bertahan hidup di pedalaman, hidup bersama keluarga bertahan disana di hutan.” ujarnya
“Bapa Oktavianus dan Yonathan ini mendidik anak Papua dengan setulus hati, mendidik anak-anak pedalaman Papua.Sekali lagi, Kami orang toraja percaya dengan aparat dan kami taat hukum. Kami kohon aparat menjaga Masyarakat tanpa terkecuali, apalagi guru yg mendidik anak Papua, kami sangat sesalkan kejadian ini.” ucapnya
Junaidi masih mengingat jelas, saat-saat diaman kejadian naas tersebut terjadi, “Sebelum ada kejadian, hingga kami semua turun, situasi sudah kembali kondusif sehingga kami memutuskan untuk kembali ke Beoga.”
“Puji tuhan Saya masih lolos, saat penembakan saya tidak lihat orang, ketika bunyi tembakan saya lari ke arah kanan, Yonatan Renden ke kiri, korban sudah kena 2 kali tembakan di dada tapi masih sempat lari kemudian rubuh.”
“Kalau korban pertama, saya tidak di TKP, lokasi saya jauh dari situ. Lokasi korban pertama itu di SMPN 1 beoga, korban itu guru SD Klemabeth, tetapi karena istrinya mengajar di SMP mereka tinggal di perumahan guru SMPN 1 Beoga, Saat penembakan korban pertama. Oktovianus Rayo dia di kepung KKB,” ungkapnya.
Ia menuturkan, Kedua korbanu merupakn guru kontrak, Oktavianus sudah 10 tahun menjadi Guru kontrak, sedangkan Yonathan 2 tahun, kedua korban ini sudah berkeluarga Oktavianus tinggal bersama isterinya di Beoga, sedangkan Yonatan Anak istrinya di Toraja. Total ada 11 orang guru pendatang, sebagian mengungsi di Koramil. “Selama ini kami Guru pendatang dekat dengan Masyarakat asli Kab. Puncak.”
Dijelaskan Junaidi bahwa tidak banyak pendatang di wilayah Beoga, hanya para guru saja. Serta informasi yang menyatakan Junaidi diculik tidal sepenuhnya benar.Saat terjadi penembakan, Junaidi bersembunyi dirumah warga. Ketika aparat TNI-POLRI yang mengevakuasi jenazah lewat didekat persembunyiannya, Junaidi keluar dan ikut mengamankan diri di koramil
Sekda Papua, Dance Yulian Flassy menyangkan adanya aksi tersebut, dan pihaknya akan terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah setempat dan TNI-POLRI untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi warga dan guru yang ada di kabupaten tersebut.
” Kami prihatin,kami akan terus koordinasi dengan pemerintah pusat dan dan bupati Puncak. Saya cuma ingin semua kepala daerah harus berada di tempat dan konsulidasi daerahnya,” katanya di Jayapura, Sabtu 10 April 2021.
Apalagi dengan kesulitan pendidikan saat ini membuatnya para guru – gury menjadi khawatir untuk mengajar.
“Kami meminta agar guru-guru, jangan panik dan khawatir, kita sudah minta agar dilakukan evakuasi para guru yang dirasa tidak aman. Kehadiran negara selalu ada, kita jamin keamanan mereka,TNI-POLRI yang ada di sana kami sudah komunikasi,” jelasnya.
Kepala Dinas Pendidikan Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPPAD) Provinsi Papua, Christian Sohilait menyebutkan ke-2 korban guru yang menjadi korban penembakan KKB di Beoga, Puncak Papua merupakan guru yang telah lama mengabdikan dirinya di pedalaman Kabupaten Puncak.
Kedua guru korban penembakan yang diduga dilakukan KKB bernama Oktovianus Rayo (43) dan Yonatan Renden (28).Oktovianus ditembak pada Kamis 8 April 2021, saat berada dalam kiosnya di Kampung Julukoma, Distrik Beoga.
Sedangkan Yonatan ditembak Jumat 9 April 2021, atau keesokan harinya, saat akan mengambil terpal di sekolah untuk mengemasi jenazah Oktovianus. Keduanya diduga ditembak oleh KKB pimpinan Sabinus Waker.
Atas kejadian ini, Christian minta dukungan masyarakat dalam melindungi guru yang mengabdikan dirinya di pedalaman Papua.
“Pasca kejadian di Beoga, kami sudah berkoordinasi dengan aparat keamanan untuk mengungsikan sementara para guru ke tempat yang lebih aman,” katanya, Minggu 11 April 2021.
Christian menambahkan, jika seorang guru seperti almarhum Oktovianus memiliki kios, maka tak seorangpun bisa menghalangi jika ada yang ingin membeli di kiosnya.
“Kita tidak bisa halangi siapa yang mau berbelanja di situ (kios). Tapi saat kejadian ini, siapa yang tahu nyawa guru itu taruhannya. Agama apapun di dunia ini pasti melarang pembunuhan,” katanya.
Christian menyebutkan 2 orang guru yang menjadi korban penembakan KKB adalah para guru yang sudah lama mengabdikan dirinya di Beoga.
“Mereka (para guru) bertahan di lokasi itu, untuk mengajar di pedalaman Papua dengan mendidik anak-anak hingga pelosok kampung untuk mencerdaskan anak-anak Papua,” jelasnya.
DPPAD Papua akan segera melakukan evaluasi atas permasalahan konflik terjadi di Papua, khususnya untuk masalah pendidikan.
Sementara itu Komnas HAM Papua, menilai Guru yang bekerja dipedalaman adalah pekerja kemanusiaan sehingga jangan ada tudingan atau spekulasi bahwa mereka juga melakukan pekerjaan mata-mata atau intelijen sehingga dengan alasan itu bisa dibunuh.
‘’Sangat keji jika ada tudingan guru yang ditembak di Beoga memiliki pistol sehingga bisa dianggap sebagai mata-mata atau intel. Tudingan ini harus ada bukti tidak hanya spekulasi yang bisa mengancam keamanan seluruh pekerja kemanusiaan yang ada di sana,’’ terang Kepala Perwakilan Komas HAM Papua, Friets Ramandey saat dihubungi di Jayapura, Sabtu (10/04/2021).
Guru tidak membawa pistol tetapi membawa pensil alat tulis, perlengkapan peralatan lainnya untuk mengajar generasi penerus yang ada di sana.
‘’Kalau ada dugaan atau kecurigaan kan bisa diklarifikasi, ada kepala sekolah, ada kepala suku, tokoh-tokoh masyarakat dan adat dalam kampung. Karena jika tudingan tanpa pembuktian bisa mengancam keamanan siapa saja yang datang bekerja di sana,’’ tegasnya.
Guru yang ada di Beoga, mereka datang membantu pemerintah untuk mengatasi masalah Pendidikan. ‘’Guru datang karena pemerintah Puncak membuka lowongan, mereka kemudian bekerja untuk memenuhi kebutuhan pendidikan di sana, sehingga tudingan-tudingan harus disertai dengan bukti,’’ jelasnya.
Jangan juga langsung dituding sebagai mata-mata jika guru sering didatangi Polisi atau tentara karena guru karena keberadaan mereka di sana untuk kemanusiaan.
Kepada pemerintah daerah Puncak agar memberikan rasa aman kepada para guru, medis dan pekerja kemanusiaan lainnya yang ada di sana, karena mereka datang untuk membantu pemerintah mengatasi masalah yang ada dalam masyarakat terutama pendidikan dan kesehatan.
Kapolda Papua, Irjen Pol. Mathius .D.Fakhiri, Jenderal bintang dua ini langsung mengirim pasukan terbaiknya yakni Satgas Nemangkawai untuk memberantas KKB pimpinan Sabinus Waker tersebut.
Sepak terjang Satgas Nemangkawai selama ini sudah teruji, sejumlah pentolan KKB berhasil dibekuk Satgas penegakan hukum ini, Satgas Nemangkawai dibentuk oleh langsung Kapolri untuk melakukan penegakan hukum terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata di Papua. Sehingga dengan dikirimnya Satgas Nemangkawai akan mampu mempersempit ruang gerak KKB di daerah Boega, Kabupaten Puncak.
Selain mengirim Satgas Nemangkawai, Polda Papua juga mengirrim satuan elitnya dari Korps Brimob untuk membackup Polsek Boega dalam memberikan pengamanan kepada warga di Distrik Beoga dari ganguan kelompok Sabinus Waker dan Lekagak Telenggen.
” Saya akan mengirim Satu Pleton Brimob untuk memperkuat Polsek Beogar, mengingat di sana sudah ada 25 anggota yang melakukan PAM Rahwan, “Kita hari ini kita akan mendorong satgas nemangkawi untuk melakukan penegakan hukum di sana, karena tim ini dibentuk Kapolri untuk penindakan,” ujar Kapolda Papua, Irjen Pol. Mathius Fakhiri kepada wartawan di Jayapura, Sabtu (4/10/2021).
Jendral Bintang dua ini pun menyampaikan akan bertolak ke Kabupaten Mimika untuk melakukan evaluasi guna penindakan terhadap kelompok Kriminal bersenjata yang kini diketahui keberadaanya di Distrik Beoga Kabupaten Intan Jaya.
“Kelompok ini sejak 2020 berada di Intan Jaya dengan tujuan ke Freeport, karena terhimpit mereka ke Puncak karena ada undangan Lekagak, yang pada akhirnya mereka bergabung dan melakukan aksi di Beoga,” ungkap Kapolda.(Redaksi)