JAYAPURA IP,- Kapolda Papua, Irjen Pol Paulus Waterpauw mengakui, saat ini tim investigasi kesulitan untuk memasuki kampung Hitadipa, lokasi tempat meninggalnya Pendeta Yeremias Zanatewmbani, pasalnya lokasi tersebut kini telah dikuasi oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Sabinus Waker.
“Agak susah masuk memang, karena satu jalur, dari Sugapa ke Hitadipa itu, kurang lebih 8 kilo an, itu hanya satu jalan, dan jalan ini karena memang berbuktikan, sheingga ini dikuasai oleh 6 kelompok KKB, shingga kami membutuhkan bantuan dari Satgas, untuk bisa memperlengkapi unit atau unit satuan yang ada di sana,” ujar Kapolda saat ditemui di Polda Papua, Kamis (24/9).
Kapolda menjelaskan, terait kasus meninggalnya Pendeta Yeremias Zanatewmbani, sejak kejadian pada 19 september lalu, pihaknya sudah sudah melakukan koordinasi antara Polda dengan Kodam, Pemerintah daerah, untuk membantu menangangi permasaalahan tersebut , termasuk DPRD Intan jaya bahwasnya sudah cukup baik.
“Sehingga saat ini tim kita yang hadir di Sugapa, dari polda, kami di wakili oleh Wakapolda, irwasda, Korem 173 Biak, Danrem, Asintel, Bupati, wakil bupati, Ketua DPRD, sudah berhasil ketemu dengan keluarga almarhum pendeta yeremia, didampingi tokoh agama, dan masyarakat di sugapa,”ungkap Kapolda
Menurut Kapolda, alasan dilakukannya pertemuan di Sugapa, karena wilayah di Hitadipa, sementara belum kondusif, bahwa di sudah hardir 5 sampai 6 kelompok KKB dan sudah menguasi distrik tersebut , dimana ada beberapa kejadian yang sebelumnya pada tukang ojek dan 2 anggota Koramil yang dibunuh oleh mereka.
“Prinsipnya kami tetap menangani persoalan ini, untuk membuktikan bahwa sesunguhnya siapa yang melakukan, memang ada pengakuan dari keluarga korban ,tapi bagi kami itu harus dibarengi dengan pembuktian di tempat kejadian perkara, jadi sampai sekrang sampai proses,” terangnya.
Terkait dengan adanya sejumlah pihak yang sudah merilis dengan pernyataan bahwa seakan-akan warga sudah mengakui, ia tidak mempersoalkan hal tersebut, namun pada prinsipnya Polda Papua akan tetap melakukan proses penyidikan dan untuk membuktikan itu harus bisa hadi diokasi kejadian.
“Silahkan, tapi saya mau katakan, kami masih proses penyidikan di maksud, Kami penyidik harus bisa tiba di tkp, karena di situ akan kita dapat bukti-bukti untuk terang sebuah peristiwa itu, dan saksi, kalau saksi ada beberapa mama-mama , yang diambil keterangan itu sudah cukup baik, tingal dengan bukti-bukti ditempat kejadian perkara, “kata Kapolda.
Kapolda mengakui saat ini di Sugapa sudah ada kelompok yang ada disekitar daerah tersebut, dan keluar ke sekitar sugapa dengan jumlah sekitar 50 orang, duluya KKB ini dipimpin oleh Ayub Waker namun sudah meninggal dunia, dan sekarang dikomandoi loleh Sabinus Waker.
“ Kalau dilihat dari marganya mereka ini bukan dari Intan jaya tapi dari luar, mereka punya senjata hasil rampasan pada 2015, 2019, juga ada yang 2020, jadi jumlahnya 17 pucuk, artinya kekuatan itu memang jelas, di tahun 2020 ada 17 kejadian mulai dari Januari hingga saat ini,” ungkap Waterpauw.
Dipilihnya Intan Jaya, sebagai lokasi perang terbuka dengan TNI-Polri karena medanya yang cukup sulit, sehingga aparat keamanan tidak bisa melakukan pergeesaran pasukan dalam jumlah banyak, selain itu sarana transportasi yang terbatas juga menjadi kendala pihaknya.
“Mereka pilih intan jaya, karena areanya cukup sulit, untuk kita hadir dalam jumlah yang signifikan, karena jumlahnya berbukit, boleh kalau mereka mau seperti itu (perang terbuka-red), asalkan dengan kami, jangan mengorbankan warga sipil,” tandasnya. (Redaksi)