Kenalkan Yoboi, Kampung Tanpa Daratan Yang Disulap Jadi Destinasi Wisata

Para pegunjung saat berfoto di jembatan warna-warni kampung Yoboi.
banner 468x60

JAYAPURA IP,- Meskipun saat ini Indonesia dan Papua khusunya tengah dilanda Pandemi Covid-19, yang berimbas bagi perkenomian masyarakat, namun di Kabupaten Jayapura, Papua, terdapat sebuah kampung yang dulunya biasa saja, kini disulap menjadi objek wisata baru yang dikenal dengan kampung warna warni.

banner 325x300

Kampung  tersebut adalah Yoboi , kampung  terapung yang tidak memiliki daratan dan berada di pinggiran Danau Sentani itu, memiliki dermaga yang berwarna-warni dan kemudian viral di media sosial.

Untuk  bisa sampai  Kampung Yoboi, para pengunjung  harus menyebrang menggunakan perahu kecil dari Dermaga Yahim dengan tarif Rp 5.000/kepala dan jarak tempuhnya hanya sekitar 10 menit.

Kendati baru sekitar sekitar satu bulan Kampung Yoboi ramai dikunjungi wisatawan dan pada akhir pekan jumlah pengunjung bisa mencapai 600 orang.

berubahnya Kampung Yoboi menjadi objek wisata tidak lepas  dari para pemuda di kampung tersebut yang terkurung  karena pandemi Covid-19.

Billy Tokoro,   pemuda  Kampung Yoboi yang menjadi salah pencetus ide untuk mewarnai dermaga, mengungkapkan, ide membuat dermaga warna-warni justru karena corona dan disambut baik oleh masyarakat. “Kami berembuk dan 15 pemuda mengumpulkan dana sampai Rp 2 juta dan akhirnya mencat dermaga,” kata Billy, saat ditemui di Kampung Yoboi, Minggu (19/7).

Untuk bisa mempromosikan kampung Yoboi, Billy mengaku mengundang beberapa komunitas fotografi untuk mendokumentasikan dermaga yang telah berwarna-warni, namun, ia melarang mereka untuk mengunggah foto yang diambil ke media sosial.

“Saya yakin unggahan pertama itu sangat penting, makanya saya larang mereka upload sebelum kami tentukan foto mana yang bisa dinaikan. Akhirnya, ada satu foto yang dipilih dan kemudian tempat kami viral,” tutur dia.

Sejak saat itu, Kampung Yoboi ramai dikunjungi wisatawan dan merubah perekonomian masyarakat, apa yang ada di Kampung Yoboi bisa dibilang sangat menggambarkan kebudayaan masyarakat pesisir Papua, mulai dari seni hingga kulinernya.

Karena mulai ramai dikunjungi wisatawan, banyak dari warga Yoboi yang kemudian berjualan kuliner khas Sentani, seperti, Ouw, ulat sagu bakar, mujair, kacang dan jagung. Alforida Walli, salah seorang warga Yoboi yang berjualan Ouw mengatakan, makanan tersebut merupakan perpaduan antara sagu bakar, kelapa dan pisang matang.

Meski merupakan makanan tradisional Sentani, tapi tidak sedikit pengunjung di Kampung Yoboi ingin mencicipi makanan tersebut. Selain kuliner, para pemuda di Yoboi juga menawarkan jasa melukis wajah dengan ornamen khas Papua yang banyak diminati pengunjung.

elain itu, pengunjung di Yoboi juga dimanjakan dengan adanya taman gizi di hampir setiap teras rumah warga. Taman gizi menurut Biily Tokoro sebenarnya dulu ditanam di perahu atau panci bekas, lalu Mery Suebu Tokoro, istri mantan Gubernur Papua, Barnabas Suebu, mengusulkan untuk membuat taman gizi di atas kerambah.

Tanaman yang ditanam adalah bayam, sawi, kangkung cabut, kol, kemangi, cabai, tomat, daun bawang, sereh dan lainnya. Namun saat terjadi Pandemi Covid-19, terang Billy, pemerintah pusat membuat program ketahanan pangan yang kemudian diadaptasi oleh pemkab Jayapura dengan menggelontorkan dana Rp 100 juta untuk tiap kampung.

“Awalnya itu cuma untuk konsumsi warga saat pandemi, tapi saat dermaga kami viral, pengunjung yang datang justru ingin membelinya dan jadi tambaham pemasukan bagi warga,” ujarnya

Selain itu  Kampung Yoboi juga memiliki hutan sagu yang masih cukup asri dan akan segera dikembangkan sebagai salah satu objek wisata pelengkap.

Ramainya Kampung Yoboi yang menjadi objek wisata baru di tengah pandemi covid-19  sampai di telinga Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw. Ia pun menyempatkan diri mengunjungi Kampung Yoboi.

Melihat langsung situasi di Kampung Yoboi, Waterpauw pun memberi apresiasi karena mereka mampu mempertahankan budaya dan menyesuaikannya dengan perkembangan zaman.

“Kampung ini sangat energik, inisiatif, memiliki berbagai karya yang baik, karenanya kami hadir di sini, saya juga sarankan bagaimana mereka terus berkarya mempertahankan kampung ini, kita harus dorong agar otonomi kampung itu diberdayakan sehingga orang kampung merasa menjadi tuan di tanahnya sendiri,” ujarnya

 Dalam kesempatan tersebut, Waterpauw juga melakukan penanaman bibit pohon sagu di wilayah adat Kampung Yoboi, ia berharap keberadaan hutan sagu di lokasi tersebut masih bagus dan harus dipertahankan eksistensinya.

“Kami membuat pencanangan penanaman pohon sagu karena kami tahu hampir 17.000 hektare lahan milik kampung ini memang dipelihara baik sehingga kita perlu mendukung dengan menanam kembali pohon yang sudah dipanen,” terangnya

Dalam kunjungan tersebut Waterpauw pun ikut turun langsung melakukan pembersihan di perairan Kampung Yoboi. (Redaksi)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *