Lapter Distrik Doufo, Salah Satu Lapter Terekstrim di Papua

Kondisi Landasan Pacu Lapter Doufo, yang masih belum diaspal,saat dikunjungi oleh Bupati Puncak Willem Wandik,SE,M,Si, untuk melihat kondisi lapter ini, Juma 27 Agustus pekan kemarin/ Diskominfo Puncak.
banner 468x60

ILAGA Infopapua.id,- Menerbangkan pesawat di lapangan perintis di pedalaman Papua,tidak seperti didaerah lain, karena memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi,karena kondisi topograsi dan cuaca yang sering berubah terutama angin yang kencang.

salah satunya ada di Lapangan terbang Distrik Doufo, karena Lapangan terbang ini boleh dibilang sebagai salah satu Lapangan terbang perintis di Papua bahkan Indonesia yang masuk dalam lapter terekstrim di Indonesia, demikian terungkap saat Bupati Puncak Willem Wandik,SE,M,Si,melakukan sidak untuk melihat kondisi lapter ini, Jumat,27, pekan kemarin.

Lapter perintis ini cukup ekstrim, karena panjang lapter ini saja sekitar 800 meter,dan Ran Way dari lapangan terbang ini sendiri, belum beraspal hanya tanah merah dan rumput,bahkan ada harus melewati bukit ditengah landasan untuk menuju ke tempat parker pesawat yang masih berlandaskan tanah merah,apalagi disamping lapter ini dikelilingi sungai Mamberamo,sehingga membutuhkan kemampuan ekstra dari para pilot,jika ingin mendaratkian pesawatnya di lapangan terbang ini,jika salah saja, pesawat bisa saja tergelincir dan masuk dalam jurang,bahkan bisa membuat kecelakaan.

seperti yang disampaikan oleh Captain Jesse baker,pilot asal selandia baru, yang selama ini bekerja di pesawa grand caravan Milik Pemkab Puncak jenis cesna grand caravan,saat mengantar Bupati ke Distrik Doufo.

“Kita harus hati-hati di lapangan terbang ini,karena lapangan terbang masih belum bagus,apalagi dikelilingi oleh sungai Memberamo,kami berharap sekali ada pembangunan lapangan terbang ini,biar lebih bagus untuk didarati pesawat,”ungkapnya.

Direktur PT.Aviation Puncak Papua perusahan penerbangan yang dibawah naungan Bandan usaha daerah (BUMD) Pemda Puncak Semuel Resubun mengatakan, salah satu penyebab lapangan terbang di Papua sangat ekstrim,karena berada ada lapangan terbang yang berada di atas gunung,lembah, bahkan fasilitas

lapangan terbang juga sangat minim,apalagi kondisi cuaca yang tidak bisa diprediksi,karena berubah setiap saat,sehingga untuk menjadi pilot di Papua,memang membutuhkan kemampuan khusus atau visual,harus mampu membaca tanda alam maupun cuaca,sehingga mampu mengendalikan pesawat tetap
terbang pada jalurnya.

“sebelum kami menerima capten pilot itu bekerja di kami, biasanya Kami cek dulu mereka(Pilot-red) Apakah sudah mengusai medan di Papua,masuk keluar di landasan yang sulit, kami biasanya ada pendampingin dari instruktur, bukan satu dua kali,tapi biasanya berkali-kali, sampai kami nilai sudah siap baru bisa dilepas,jadi bukan saja melihat dari persyaratan penerbang,namun harus lebih memiliki
kemampuan khusus lagi,apalagi sebagian besar lapangan perintis di pedalaman Papua,tidak begitu dilengkapi fasilitas pendukung,”ujarnya.

Salah satu warga Distrik Doufo Bapak Daniel mengatakan, bahwa warga setempat sudah lama sekali merindukan lapangan terbang diaspal, sehingga pesawat tidak ragu masuk di daerah ini, Dampak dari
landasan pacu yang masih belum diaspal, membuat pesawat jarang masuk di Distrik ini

“Landasan mungkin tidak bagus, jadi pesawat tidak mau datang ke sini,Kami sudah lama merindukan lapangan terbang diaspal,kami harap Bapak Bupati sudah datang,sudah liat sendiri,kalau bisa segera
bangun lapangan terbang ini,biar pesawat banyak masuk ke sini,”tambahnya.

Sementara itu, Bupati Puncak Willem Wandik,SE,M,Si sendiri ketika mengunjungi lapangan terbang Distrik Doufo,dirinya mengatakan akan secepatnya mengirim tim konsultan perencana untuk melihat kondisi
lapangan terbang ini,sebab lapangan terbang ini merupakan lapangan terbang yang kelak menjadi sentral peningkatan ekonomi bagi masyarakat di daereah sekitar sungai Mamberamo ini.

“Kami akan berupaya membangun lapter ini,tahun ini tim konsultan masuk,tahun depan kami mulai kerja,apalagi bahan bangunan,bisa diambil melalui sungai,dari Kasonaweja,Ibu Kota Mamberamo Raya,diangkot ke sini,biaya juga murah,tidak seperti kami bangun di wilayah pegunungan,”ungkapnya.

Untuk diketahui,Distrik Doufo bersama dengan Distrik Doirvos,yang sebagian wilayahnya dikelilingi sungai Memberamo,lapangan terbang di Distrik ini, sudah ada dibangun oleh para misionaris tahun 1950-an,hanya belum diaspal landasan pacunya, sehingga pesawat jarang masuk di daerah ini,beruntungnya
sejak tahun 2017 lalu, pemerintah pusat melalui Program tol udara,sehingga saat ini seminggu ada satu fligh masuk di distrik ini,untuk mengangkot kebutuhan ekonomi.

“Daerah ini daerah aman,damai,jika landasan sudah bagus, saya yakin pesawat ramai masuk di sini,ada peningkatan ekonomi untuk warga sekitar sungai Memberamo,apalagi daerah ini direncanakan menjadi daerah otonom Baru pusat pemekaran Kabupaten lembah Roufayer,”tambahnya. (Diskominfo Puncak)

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *