JAYAPURA Infopapua.id ,- Hari Senin 13 September 2021 lalu Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) melakukan penyerangan terhadap TNI-Polri dan tenaga kesehatan (Nakes) di Distrik Kiriwok, Kabupaten Pegunungan Bintang, Papua.
KKB secara membrutal membakar Puskesmas dan fasilitas pemerintah lainnya. Bahkan dengan kebiadaban, mereka membunuh tenaga kesehatan yang telah mengabdi selama puluhan tahun.
Marselinus O. Attanila, salah satu Nakes yang lolos menceritkan kejadian hari itu, berawal pada pukul 07.00 wit pihaknya mendapat informasi dari masyarakat bahwa akan terjadi penyerangan dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) berhadapan dengan pihak TNI – Polri.
Namun, dirinya bersama rekan-rekan yang lain diminta untuk bisa membackup apabila terjadi penyerangan terhadap TNI -Polri oleh KKB. Apabila dalam penyerangan tersebut ada korban maka tenaga kesehatan bisa mengantisipasi.
“Kami Nakes sendiri mengambil langkah bijak untuk tetap tenang di dalam barak medis dan stanby di Puskesmas sehingga apabila terjadi penyerangan dan ada korban kami sebagai nakes bisa mengantisipasi kejadian itu,” katanya, di Jayapura, Jumat (17/9).
Kata Marselinus, bunyi letusan tembakan pertama kali di atas pos Pamtas sekitar pukul 09.00 wit, setelah itu semua berbanding terbalik, tadinya mereka (Nakes) berpikir bahwa tetap tenang dan diam didalam rumah namun, selang bebarap menit kemudian, KKB mulai menghancurkan puskesmas dengan memukul kaca dan menyiram bensin lalu membakara puskesmas.
Tak puas, jelas Marselinus, pada pukul 09.07 KKB bergeser menuju ke barak dokter yang terletak dekat puskesmas. Dalam barak itu ada lima orang Nakes.
“KKB melakukan penyerangan yang sama memukul kaca kaca jendela kemudian menyiram bensin di sekeliling barak dokter itu kemudian dilakukan pembakaran,” jelasnya.
KKB semakin membrutal dengan memaksa masuk dalam barak dokter dan menyerang petugas sehingga para dokter memilih untuk keluar dari barak secara berhamburan.
Aksi brutal berlanjut, pada pukul 09.11 wit KKB menuju barak yang disitu terdapat Marselinus bersama lima rekan lainnya termasuk almarhum suster Gabriella Meilan.
Saat barak sudah terbakar, dirinya mengambil keputusan untuk memilih mengurung teman suster didalam kamar mandi (WC).
“Tetapi sekitar pukul 09.20 wit, keadaan bangunan sudah tidak tidak aman karena mulai runtuh, sehingga saya memilih untuk megajak ketiga suster keluar dari barak medis,” ujarnya.
Ketika hendak berlari menuju belakang barak medis, kelompok kriminal bersenta itu telah berada di lokasi tersebut, sehingga Marselinus bersama rekannya memilih menyembunyikan diri ke rumah warga yang dekat dari barak medis.
Tetapi, ulah KKB yang hendak membakar rumah, Marselinus memilih untuk mengamankan ketiga temannya di WC yang berada di perumahan warga tersebut.
Mereka (Nakes) berada di kamar WC sekitar 30 menit, namun KKB semakin menggencarkan aksinya, sehingga dirinya bersama ketiga suster memberanikan diri melompat ke jurang tepat dibelakang rumah warga sekitar 500 meter kedalamannya dengan sudut 90 derajat.
“Tanpa berpikir panjang saya bertanya kepada ketiga suster itu bagaimana kita harus mengamankan diri, mereka menjawab kita lompat saja akhirnya saya lompat pertama dan diiukuti oleh ketiga sester itu,” jelasnya.
Dirinya berpikir, bahwa setelah melompat ke jurang sudah selamat dari kejaran KKB, namun tetap diikuti oleh kelompok bersenta tersebut.
“KKB terus ikut mengikuti kami kemudian mendapat ketiga teman suster saya, saya karena sembunyi di antara tebing dan akar pohon, KKB mulai menganiaya tiga teman saya secara tidak manusiawi,” tambahnya.
Ketiga, suster tersebut dianiaya oleh KKB dan dibuang ke jurang, namun kedua suster masih selamat sedangkan Gabriella meninggal ditempat. “Suster Ella (almarhum) ditemukan tidak bernyawa dua hari lalu sekitar pukul 17. 30 Wit,” tuturnya.
Marseinus sendiri, berhasil keluar dari tempat persembunyian sekitar pukul 17.00 wit kemudian menuju rumah warga di belaknag Koramil. (Redaksi)